Selasa, 04 Desember 2012

Impian itu Bernama Mereka

What Next?
Aku baru pulang dari makan bersama keluarga serta anak angkatku. Suasana malam itu,  diakhiri dengan ngambek anak perempuanku yang sekaligus musuh bebuyutan kakaknya itu. Hm, emang kalau urusan goda-menggoda, kakaknya itu emang jagonya. Ya, semacam dia membuat sebuah ulasan untuk Rana di website-nya. Kalau aku sih memaklumi dengan tingkah anak angkatku itu. Pasalnya, dia pernah bercerita, kalau dia nggak punya adik perempuan.  Makanya, begitu ketemu Rana, mereka sudah seperti air dan minyak, nggak bisa akur. So, tinggal aku yang berkali-kali menepuk jidat sembari menghempaskan napas melihat aksi mereka. 




Santap makan bersama

Tunggu, tunggu, kenapa jadi ceritain mereka, sih?!  

Ok! Kembali ke LAPTOP!! 

Kebingungan nyata yang musti kuhadapi, adalah pengalamanku yang sangat kurang mengikuti lomba di blog. Hm, kalau nggak salah, aku pernah sekali ikutan lomba blog tentang LG. Tapi, itu sudah lama banget. Meskipun sudah lama, namun alhamdulilah aku kalah karena nggak begitu pengalaman buat artikel. Hehehehe .... Lagipula, waktu lomba itu aku hanya bermodal nekad. 

Sama seperti malam ini, saat aku menulis tentang resolusiku di tahun 2012. Tahun di mana aku tepat berkepala empat, dan harus menerima kenyataan cukup menghentakanYa, di saat karir menulisku sedang melejit bak roket, aku diharuskan berhenti menulis. Pahit, memang. Tapi, begitulah keputusannya

Ah, kalau dipikir-pikir, keputusannya itu memang salahku juga. Aku terlalu fokus menulis. Hingga, apa yang menjadi kewajibanku--mengawasi dan memerhatikan keadaan rumah sedikit terbengkalai. Mungkin, dari situlah anak-anakku merasa kehilangan ibunya. Pun, dengan mantan kekasihku, merasakan kehilangan waktuku untuknya. Yah, sebagai seorang istri sekaligus ibu dari tiga putra, aku hanya bisa mencoba membenahi kembali jadwal aktifitasku. 

Cieeehhh .... Kenapa jadi curmel gini sih? Ah, seharusnya kan aku nggak curhat mellow begini. Tapi, ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Kata Pak SBY, aku suruh melanjutkan! 

Banyak orang bilang, aku seorang penulis. Tapi, anehnya aku tidak memiliki resolusi kehidupan seperti penulis lainnya. Hm, mungkin karena aku orangnya nggak suka dengan perencanaan yang terkadang terlewatkan begitu saja. Atau, perencanaan itu bisa membuat hati terluka dan penyesalan yang terdalam. 

Yah, aku lebih menyukai pola pikir yang sederhana tanpa neko-neko. Karena bagiku, perencanaan akan membuat hatiku kecewa jika tidak mampu meraihnya. Maka dari itu, aku lebih senang dengan keinginanku yang mudah dan tidak terlalu sulit untuk menjangkaunya. Terlebih, aku tak perlu bertaruh hingga berdarah-darah. 

Walau orangtuaku selalu menanamkan 'keinginan' dan 'impian', namun aku mencoba belajar menetralisir semua. Yang kutahu, itu tidak akan pernah terjangkau. Semua aku tinggalkan bersama pola pikir sederhana yang kualurkan hingga aku menikah. Semua benar-benar terkubur bersama jasad orangtuaku.

Limabelas tahun kemudian ...

Hingga suatu hari, aku mengenal dunia maya bernama Facebook. Tanpa sengaja aku menemukan mereka di jejaring sosial itu; teman kuliah, SMA, SMP, SD, bahkan TK. Barawal dari sanalah semua kembali mengalir dan meninggalkan tanda di setiap dinding yang terlewati. Singkat cerita, aku mulai menemukan impianku kembali lewat sebuah event. Naskah bertema; IBU, lolos dan dibukukan. 




Bersama Ibuku Adalah ... 
Ibuku Adalah ... buku pertama yang kupersembahkan untuk orangtuaku di surga. Dan, di dalam buku itu pula, tergambar jelas sosok Ibu yang memberi arti tersendiri dalam menapaki jejak hidupku.


Potret kedua orangtuaku


Sejak itu, aku trus ikut even; cerpen ataupun puisi. Kekalahan tidak kuanggap sebagai kelemahan, namun justru sebaliknya, sebagai pelecut untuk terpacu dan terus berusaha. Hingga, pada titik didihnya, beberapa even yang aku ikuti mendapatkan secercah cahaya. Naskah puisi-puisiku mulai dilirik mereka, dan beberapa tulisan dan cipta puisi kusabet menjadi juara satu. 

Alhamdulilah ya. Cetar dan Membahana banget.


***

"Ratu Even", begitulah mereka memberikan julukan itu kepadaku. Hm, mungkin menurut mereka  julukan itu diberikan karena aku sering mengikuti event. Padahal, selain aku masih banyak yang sering mengikuti even-even kepenulisan lainnya; Nyi Dewanti, Endang Snn, Nessa Kartika, dan mereka yang nggak bisa kusebutkan satu per satu.

Hari pun berganti. Bulan merambah tahun. Hingga, aku pun dipertemukan dengan mereka yang kuanggap anakku sendiri. Banyak yang memertanyakan, kenapa aku selalu menyebut diriku "Bunda"? Padahal, usiaku dan mereka tidaklah terlalu jauh. Ya, kisaran sepuluh hingga duabelas tahunan yang seharusnya masih pantas kuanngap adik. Cuma satu jawaban atas pertanyaan itu; aku merasakan kenyamanan dan kebahagiaan tersendiri. Terlebih, menjadi tempat curahan hati mereka. 

Ingin rasanya memajang gambar mereka disini tapi nggak mungkin pasti deh dek Windi marah. Dan akan ada tanda tanya di atas kepala dek Windi, "Ini ajang lomba album atau lomba blog."

Aku terhanyut, terlena dengan event-event dan merasakan sebuah kebanggaan punya buku yang terbit mencapai enampuluh buku. Namun, rasa bangga itu tenggelam saat seseorang hadir dalam keluarga kecilku. Dia berasal dari Banyuwangi  yang mencari peruntungan hidup di daerah lain. Yang kutahu dia  hanya punya modal nekad. Akhir cerita dia di terima dalam keluarga kecilku. Walau sebenarnya dia nggak tinggal di rumah, tapi indekost.



Putra Alam-Anak Sekolahan Paling Dodol

Dari dia, aku kembali mengenal dunia luar. Mengajak aku untuk berbagi ilmu dari sekolah hingga Universitas. Alhamdulillah, semua niat itu berjalan dengan baik dan tentu ucapan terimakasih kusampaikan kepada terkasihku yang selalu setia mengantar aku dan anak-anak pergi ke mana saja. 



Pose seusai sharing kepenulisn di SMA Patra 1 Palembang


Dengan sepakterjangnya (bukan aku yang diterjang ya) kita mulai merambah ke radio dan cuap-cuap di sana, Seru secara waktu SMA pernah cuap-cuap di radio. Bayangin, sekarang baru cuap-cuap lagi, dan groginya minta ampun. Apalagi, yang menemanin siaran itu sangat cantik. 



Usai siaran di radio Global Palembang dan Promo Buku 


Parahnya lagi, tuh anak pernah membuat aku menangis. Bayangkan, aku  DIHARUSKAN menyelesaikan novel dalam waktu tiga jam. Sedangkan, bab 11 dan 12 belum aku edit. Dan yang buat nangis badai saat  bab 13 belum sama sekali aku buat. Padahal, itu adalah perintah dia untuk meng-ending-kan agar bisa segera dikirim ke penerbit. 
Dengan jemari yang gemetar, kucoba menekan nuts-nuts laptopku. Alhamdulillah, kelar tanpa halangan. Tapi, kegiranganku belum berakhir. Dia kembali menyuruhku membuat sinopsis dan back cover naskah novel itu. Dan, itu untuk kesekian kalinya..., aku nangis.

Aku pasrah dalam tangis. Kucoba menghubunginya melalui seluluer, meminta pendapatnya bagaimana tentang tulisanku itu. Namun, belum sempat aku berkata, dia sudah menanyakan sinopsis dan back cover yang tadinya ingin kuminta dia membuatnya. Dan, kalian tahu apa yang dia katakan? Ah, aku enggan mengingatnya:

"Bunda harus bisa buat sendiri sipnosis dan back cover yang menjual itu gimana! Bunda tuh harus untuk menyelesaikan tulisan itu! Selama ini terlalu santai dan terbuai dengan even-even. Mulailah berdikari, Bun!"

Aidaaahhh ... Cak Mano budak nih, tangis batinku kala itu.


Draf Novel Pembawa Tangis
Semua yang telah kuceritakan dalam guratan kata, adalah resolusi yang tidak kurencanakan di tahun 2012. Syukurlah, semua berjalan sesuai alur air mengalir. 

***

Saat ditanya, tentang resolusiku di tahun 2013, aku sempat melamun beberapa menit di depan laptop. Apa yang aku inginkan? Apa yang kurencanakan? Semua benar-benar belum ada di pikiran. Yah, sudah kujelaskan di awal, aku bukan type orang perencana. Aku lebih menikmati kehidupan yang mengalir. Pelan, tapi pasti. Atau, kencang dan cepat sampai tujuan. Layaknya banjir yang siap memorak-prandakan jalannya. Namun, kendati demikian, bukan aku tidak punya resolusi, aku juga manusia, punya harapan dan impian. Dan kesemuanya itu ada dalam hatiku yang selalu kupanjatkan setiap sujud-sujudku. 

Sebelum mencoba menelusuri resolusi yang aku inginkan, izinkan aku bertutur kata cinta teruntuk suamiku tersayang yang selalu memberikan dukungannya serta doanya agar aku selalu berada di jalan yang lurus. Walau bagaimana pun, dia adalah suamiku. Mantan kekasihku yang kini menjadi kehalalan bagiku. Aku mencintainya dengan filosufi Novel Cinta Setengah Monyet karangan Putra AlamBelajar bergelayut di satu hati, bukan di berbagai hati. Dan, aku hanya ingin bergelayut di hati suamiku, Daroji. 



Mantan cinta pertamaku



Beberapa coretan  resolusi di tahun 2013:

Pertama: Tahun depan usiaku berkurang satu tahun lagi. 41 tahun. Usia yang mulai rawan dengan segala hal. Di usia ini aku ingin keluarga kecilku semakin erat kebersamaan, rasa menyayangi, mencintai, perhatian dan saling mendukung satu sama lain dalam bidang yang ditekuni dan disukai. Dan anak-anak sukses dalam pelajarannya  


Bersama Keluarga [Rahmat, Audi, Rouf, Aku, Suami]

Kedua: Apa yang aku rintis dengan Putra, membuka privat kepenulisan berjalan semakin lancar, baik, dan tanpa ada hambatan berarti. Dan, kami bisa memiliki base camp sebagai kantor kecil Writer Management yang telah kami rintis.

Ketiga: Menjadi istri yang patuh. Yang mencurahkan waktu dan pikirannya buat suami serta anak-anak yang terlahir dari rahim dan anak-anak dari sisi rahim. Mewujudkan keinginan untuk secepatnya berada di Baitulloh. Mewujudkan impian kecil aku dan Alm Papa dalam menanamkan jiwa sastra. Mengiinginkan novel-novelku tembus ke penerbit mayor.


Coretan resulosi-ku
Aih, sebenarnya aku kemaruk nggak, sih? Banyak nian permintaannya. Bismillah dan meyakini bahwa itu semua bisa terwujud dengan izin-Nya. 
Amiin Ya Robal Alamiin.

Nggak berasa beberapa hari lagi 2012 akan berlalu berganti 2013. Berharap untuk tahun depan semua yang kujalani bertambah baik. Aku pun ingin lebih bisa membagi waktu antara menulis dan mengurus anak-anak serta rumah tangga seperti yang aku janjikan pada Yang Terkasih. Yang terpenting, aku bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya sebagai rasa syukur yang Dia berikan kepadaku selama ini; Keluarga, saudara, sahabat, serta anak-anak sisi rahim yang selalu memberi semangat untuk tetap bertahan dalam segala terpaan.


Terimakasih untuk suamiku yang selalu mengingatkanku akan tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Apapun wujud dan bentuknya, kau adalah orang yang terbaik dan terindah dalam hidupku.


Aku dan Mantan Pacarku


Note : 
Nah, kan, pasti ada yang lupa. Maklum udah tua. Bercerita tentang Dek WINDI, aku belum bisa. Maklumlah, aku belum mengenal Dek Windi dan hubungan kita pun belum begitu akrab. Semoga dengan ajang blog ini asni bisa mengenal adek Windi lebih dalam..





Rangkaian kata ini kuikutserta dan sekaligus kupersembahkan dalam event Give Away yang diselenggarakan oleh : 
http://windiland.blogspot.com/2012/12/giveaway-windiland.html






16 komentar:

  1. subhanallah, Bunda sudah memulai Writer Management ya? kalo aku mau buat Sekolah Menulis Lampung. doakan ya bunda:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah , amin, semoga kita tetap menjadi ibu-ibu yang nggak lalai ya ama tanggung jawab karena kesibukan menulisnya hehee, habis sempat seperti itu...

      Hapus
  2. tetap semangat yah bundaku tersayang, love u coz Allah

    BalasHapus
  3. mapir juga yah di rumahku yang masih jelek hehehehe

    BalasHapus
  4. makasih nak yan udah mampir, so tetap semangat...

    BalasHapus
  5. bundaaaaaaaaaaaaaaa... bunda di palembang yaaa? Saya di indralayaaaa ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ria main ketempat bunda,,di plaju 08197855499

      Hapus
  6. waah hebat, bunda asni udah pernah siaran di radio, wow wow . eh emang aku jg menjulukimu ratu event, perasaan dulu di semua lomba antologi yg kuikuti pasti ada bunda asni xixixi, sampe hapal aku.
    semoga privat kepenulisannya bersama putra alam sukses. aku au privat jugaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah jadi malu deh, tapi evennya mulai ditinggalkan tuh xixix, hitung2 belajar merangkai kata habis belasan tahun ga pernah nulis lagi, bunda asni salut ama wendi, selalu menang, blognya keren ... yang ngajar privat putra alam, bnda ikutan belajar (secara nggal langsung)....

      Hapus
  7. Salam kenal....
    Saya malah belum punya resolusi utk 2013 ini. Jadi kepikiran nih.... hehehe...

    BalasHapus
  8. bu asni wong Palembang yo ? hehe
    salam kenal bu semoga resolusinya tercapai :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan wong palembang hanya encari nafkah di palembang

      Hapus