Jumat, 11 Mei 2012

PUISI 3 BAIT



Tirai Yang Terkuak
oleh Asni

Pagi ini menampar wajah, membangunkan segala khayal yang selalu menyelimuti tubuh
Merah, marah, perih, sedih, nyeri dan pilu sebuah kesempurnaankah?
Terkejut! ya aku terlalu lama dalam buaian mimpi hingga tak menyadari satu cinta
Beribu kasih sayang yang selalu mengelilingi hati dan jiwaku
Tenggelam! tidak aku bukan menenggelamkan diri dari rasa yang ada

Berlarut dalam perih! bukan, aku hanya ingin sendiri
Benci! tak pantas membenci
Dendam! bukan diriku
 Bila berlarut dalam perih hanya ingin meresapi 
Jika sedih ini susah dihapus karena terlalu lama berasa di dalamnya
Kau bilang "Kenapa kau tabur kasih bila kau tak mampu menahan rasa"
Karena kasihku sebuah kesederhanaan

Seperti rangkaian puisi yang menjuntai dan terjalin 
Bagai kata yang disusuni menjadi sebuah paragraf 
Menyatukan satu  demi satu kata
Yang terbaca dan mampu menggugah rasa
Bila kau katakan aku rapuh ya kerapuhan bagian dari diri
Kau katakan lemah ya aku lemah 
Cengeng  ya semua berakhir dengan airmata
Tak mampu melawan hati, andai kau tahu rasa 


Membiarkan Langkah
Oleh Asni Ahmad Sueb

Detik itu telah berlalu, menit ini sudah kulalui, jam pun terlewatkan
Harihari bagai  aliran kehidupan terkadang nafas berhembus dan tak berhembus
Setiap tarikan itu bermana seperti ketika kita samasama membelakangi wajah
melangkah satu demi satu langkah, berat tapi itu adanya

 Pada langkah sepuluh terhenti dan berbalik menatap jauh, rasa itu tak bisa dibohongi
langkah kecil berubah larian menuju rindu peluk tangis mewarnai hati...
Kembali membelakangi diri, hingga siluet terpapar menutupi
menatap punggungmu, hingga menghilang dari pandangan

bulirbulir ini kembali menggenang dan membiarkannya mengalir diselasela pori wajah
berat! berat ketika harus berbalik membelakangi sebuah rasa ini, tubuh lunglai tak berdaya nafas pun tersengal dada pun semakin menghimpit berat ketika nyata harus dihadapi dalam satu tatapan rindu ini tak pernah pupus
luasnya samudera, membentangnya gurun tak akan mengubahnya


Kerinduan

berbisik  dan memanggil dalam rindu
lelah telah mengalahkan segala
pada subuh menggulung kerinduan
membentang sajadah tiada daya menebar
sujud berhadir kristal diujung mata

Ya Rabb merindu_Mu
namun tak mampu pungkiri
ternyata rasa itu sama 
membawa pada energi kehidupan salahkah?

Salakah bila rasa itu hadir dalam diri
dosakah bila aku merasakan semuanya
maaf bila aku tak mampu menepis rasa ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar