Tirai Yang Terkuak
oleh Asni
Pagi ini menampar wajah,
membangunkan segala khayal yang selalu menyelimuti tubuh
Merah, marah, perih, sedih, nyeri
dan pilu sebuah kesempurnaankah?
Terkejut! ya aku terlalu lama
dalam buaian mimpi hingga tak menyadari satu cinta
Beribu kasih sayang yang selalu
mengelilingi hati dan jiwaku
Tenggelam! tidak aku bukan
menenggelamkan diri dari rasa yang ada
Berlarut dalam perih! bukan, aku
hanya ingin sendiri
Benci! tak pantas membenci
Dendam! bukan diriku
Bila berlarut dalam perih
hanya ingin meresapi
Jika sedih ini susah dihapus
karena terlalu lama berasa di dalamnya
Kau bilang "Kenapa kau tabur
kasih bila kau tak mampu menahan rasa"
Karena kasihku sebuah
kesederhanaan
Seperti rangkaian puisi yang
menjuntai dan terjalin
Bagai kata yang disusuni menjadi
sebuah paragraf
Menyatukan satu demi satu
kata
Yang terbaca dan mampu menggugah
rasa
Bila kau katakan aku rapuh ya
kerapuhan bagian dari diri
Kau katakan lemah ya
aku lemah
Cengeng ya semua berakhir dengan airmata
Tak mampu melawan hati, andai kau tahu rasa
Membiarkan
Langkah
Oleh
Asni Ahmad Sueb
Detik itu telah
berlalu, menit ini sudah kulalui, jam pun terlewatkan
Harihari bagai
aliran kehidupan terkadang nafas berhembus dan tak berhembus
Setiap tarikan itu bermana seperti ketika kita
samasama membelakangi wajah
melangkah satu demi satu langkah, berat tapi
itu adanya
Pada langkah sepuluh terhenti dan
berbalik menatap jauh, rasa itu tak bisa dibohongi
langkah kecil berubah larian menuju rindu peluk
tangis mewarnai hati...
Kembali membelakangi diri, hingga siluet
terpapar menutupi
menatap punggungmu, hingga menghilang dari
pandangan
bulirbulir ini kembali menggenang dan
membiarkannya mengalir diselasela pori wajah
berat! berat ketika harus berbalik
membelakangi sebuah rasa ini, tubuh lunglai tak berdaya nafas pun tersengal dada
pun semakin menghimpit berat ketika nyata harus dihadapi dalam satu tatapan rindu
ini tak pernah pupus
luasnya samudera, membentangnya gurun tak akan
mengubahnya
Kerinduan
berbisik dan memanggil dalam rindu
lelah telah mengalahkan segala
pada subuh menggulung kerinduan
membentang sajadah tiada daya menebar
sujud berhadir kristal diujung mata
Ya Rabb merindu_Mu
namun tak mampu pungkiri
ternyata rasa itu sama
membawa pada energi kehidupan salahkah?
Salakah bila rasa itu hadir dalam diri
dosakah bila aku merasakan semuanya
maaf bila aku tak mampu menepis rasa ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar