Jumat, 30 November 2012

Kado Terindah Buat Ibu...




Ibu
Ibu adalah mantra hidupku
yang matanya indikator surga
sabdanya penyejuk jiwa
murkanya lautan air mata
sekali kubaca 
ia lekat di dada




Ibu..
Ibu berada di mana-mana
di awan, di pohon, di angin, di gedung
ibu seperti Tuhan
mengasihi, memberi serta mencintai
ibu di sajadah
menuntun aku malam ini pada satu titik
dia pun mengamini setiap doaku


Mata..
karena matamu aku memilih menjadi jantungku
seperti mata ibuku
teduh dan sayu
cukup melihat bening matamu
aku lepas dari dahaga rindu


Jakarta, Alif Illahi

KOMPETISI MENULIS NUSANTARA (EVEN)


KOMPETISI MENULIS NUSANTARA

Kemenparekraf bekerjasama dengan NulisBuku.com & Plot Point mengadakan kompetisi menulis Tulis Nusantara 2012 - dengan tema: Menangkap ragam cerita hidup di Indonesia. Kategori penulisan:
  • Fiksi Cerpen
  • Fiksi Puisi
  • Non-Fiksi
HadiahFiksi Cerpen. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000.Fiksi Puisi. Juara I: Rp 10.000.
000
, Juara II: Rp 7.500.000, Juara III: Rp 5.000.000.Non-Fiksi. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000. 

3 buku kumpulan fiksi dan non-fiksi hasil kompetisi Tulis Nusantara 2012 akan diterbitkan secara major!

Cara berpartisipasi
  1. Menulis sesuai tema 'Menangkap Ragam Cerita Hidup di Indonesia' dalam bentuk puisi, cerpen (Fiksi) maupun cerita nyata (Non-Fiksi) yang memotivasi pembaca untuk mengetahui lebih banyak tentang keragaman di Indonesia dan mempromosikan baik ke dalam maupun luar negeri.
  2. Untuk cerpen (fiksi) dan cerita nyata (Non-Fiksi), panjang tulisan 5-9 halaman A4 dengan 1,5 spasi, Font Times New Roman, ukuran 12 pt.
  3. Kirimkan naskah beserta data diri (berupa attach files, bukan di body e-mail): Nama, Alamat, No. handphone, No. KTP, Twitter account (Jika ada), Alamat facebook (Jika ada), ke alamat email: tulisnusantara@gmail.com dengan format subject email: [Kategori] - [Judul tulisan]. Contoh: Non-Fiksi - "Cerita dari Banyuwangi"
  4. Follow & mention akun Twitter @tulisnusantara untuk mempromosikan tulisan yang telah dikirim dengan hashtag #TulisNusantara
  5. Periode lomba: mulai dari 17 November 2012 hingga 15 Desember 2012, naskah diterima paling lambat jam 23:59 WIB pada tanggal 15 Desember 2012.
  6. Pengumuman pemenang & penyerahan hadiah akan dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012 (Awarding Night).
Syarat Umum
  1. Peserta adalah warga negara Indonesia
  2. Usia peserta dibatasi minimal 17 tahun ke atas sesuai dengan identitas di Kartu Tanda Penduduk (KTP)
  3. Naskah ditulis dengan bahasa Indonesia
  4. Naskah harus karya asli (sebagian atau seluruhnya), juga bukan terjemahan atau saduran
  5. Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak, elektronik dan online dan tidak sedang diikutsertakan sayembara lain.
  6. Peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 1 naskah terbaiknya untuk setiap kategori.
  7. Naskah yang dikirim menjadi milik panitia penyelenggara, dengan hak cipta tetap pada penulis.
  8. Hak untuk mempublikasi tulisan ada di penyelenggara kompetisi.
  9. Naskah yang tidak sesuai dengan persyaratan tidak akan disertakan dalam proses penjurian.
  10. Dewan juri akan memilih 10 naskah terbaik (Juara I, II, III dan 7 nomine) yang akan dibukukan dalam buku antologi pemenang.
  11. Penyelenggara kompetisi berhak mengganti judul dan menyunting, tanpa mengubah isi
  12. Keputusan juri mengikat, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak ada surat menyurat  

Rabu, 28 November 2012

Gara-Gara Loper Koran Jadi Suka Baca

          Aku nggak pernah menyangka suatu saat, harus menjadi loper koran. Apalagi aku seorang cewek yang seharusnya bersikap feminim. Tapi nyatanya aku seorang cewek yang terbilang terlalu tomboy namun anehnya rambutku saat itu panjang banget loh. hehehe (berarti masih ada sisi feminimnya).
Orang tuaku maksudnya papa kerja sebagai loper koran di sebuah toko Salam. Pemiliknya bernama pak Salam dan aku selalu memanggilnya datuk Salam. 
         Awalnya aku kasihan melihat papa, yang sudah tua harus keliling mengantar koran pagi dan sore, terkadang terkena hujan dan teriknya matahari. Kalau aku perhatikan kening papa belang yang tertutup sama topi berwarna putih dan selebihnya hitam. aku mulai membujuk papa, untuk sekedar ikutan dan akhirnya keterusan menjadi loper koran cewek satu-satunya di kota kelahiranku yaitu Curup.
          Disaat sering mengambil koran di toko Datuk Salam. Aku menemukan dunia baru, yah.. dunia membaca yang selama ini tak terlalu aku sukai. Sembari aku menunggu koran tiba, iseng-iseng aku membaca beberapa cerita. Dan terus berlanjut hingga aku sering datang lebih awal hanya untuk membaca majalah BOBO dan DONAL BEBEK. Ternyata  asiknya aku membaca, mencuri perhatian Datuk Salam, hingga dia mengeluarkan koleksi bukunya. WAW... keren banget kumpulan puisi hingga sajak-sajak indah tapi sayang aku tak diizinkan untuk membawa pulang buku itu. Alhasil setiap hari membaca di toko bukunya. Sembari menemani dia menjaga tokonya.
         Oh ya.. aku menjual koran bukan seperti mereka yang berada dipinggiran atau jalan-jalan raya


tapi ini bukan aku ya..


         Aku sebagai pengantar koran  dari rumah ke rumah, yang sudah berlangganan tetap. Tapi kerjaku harus mengetuk pintu rumah satu persatu, agar koran itu tiba di tangan pelanggan dengan baik. Bukan seperti yang sekarang koran cukup dilemparkan saja tanpa tahu baik atau buruk kondisi koran tersebut. Bila dibilang nggak sopan.
         Berawal dari sanalah aku mulai melentikkan jemari dalam  syair-syair yang teramat sangat sederhana (STSS) yang kemudian sering aku ikut lombakan dan membacanya di depan orang banyak. Kalian pasti mau tahu siapa yang mengajarkan aku membaca puisi, tak lain tak bukan ya papaku sendiri. Karena sewaktu masi bujang, papa adalah seorang penyair dan pemain sandiwara. Tapi sayang papa, pernah bilang niatnya untuk menulis puisi-puisinya agar bisa dibukukan hanyalah sebagian dari mimpi tidurnya. Karena dia tahu betul itu tidak akan terujud saat penjajah Belanda masih berkuasa.
bersambung......








Minggu, 25 November 2012

Pada Pusaramu





Pada Pusaramu


Pada pusara birumu
Aku duduk dan mengusap namamu
Jelang waktu telah tertinggal
Di tanah merah yang membatu

Belasan tahun telah terkubur
kegagahan jiwa dan kebesaran hatimu
merajut kasih dan cinta yang telah kau sebarkan
pada keenam buah hatimu

pada pusara birumu
ada tangis yang tertahan
mengisak pada dada
mengurainya dalam hati

bilamana kenangan bersamamu
kuuraikan dalam syair dan cerita
merangkainya menjadi indah
adakah engkau melihatku?

pada pusara birumu
tanah membatu kugemburkan dengan jemari
sama ketika kau lunakakn hatiku
dengan cinta kasihmu

pada pusara birumu
satu persatu  aku menyekanya dengan jemari
menghapus kotoran di pusaramu
tiada bedanya saat kau hapus luka di hatiku

pada pusara birumu
kumenapak jejak
untuk kembali melihatmu
walau telah membatu

pada pusara birumu
kutitip kata cinta dan sayang
yang tak mampu kuucap saat nafasmu masih bersamaku
kerasmu mendidikku bukan karena benci
namun menempah hidupku bagai baja

saat kayuh sepeda tuamu berderit
ku mencoba menggantikan posisimu
mengayuhnya di terik mentari
merasakan panas dan dingin di kala hujan

pada pusara birumu
ada tangis diam dalam jiwaku
karena kau pergi sebelum bahagia ku beri
hanya secuil rasa yang kau rasakan

pada pusara birumu
ada kata yang terpatri
yang akan menjadi motifasi diri
semangat juangmu membesarkan keenam anakmu

akanku jadikan pegangan hidupku
yang akan selalu mengukir namamu 
di setiap syairku
I LOV YOU PAPA

Guratan Lelah di Wajahmu



GURATAN LELAH DI WAJAHMU


Mam, saat mataku tertuju pada raut wajahmu ada rasa yang menggetarkan jiwa
membuat mata ini tak mampu berkedip terhempas pada bianglala kehidupan
Mam, guratan keletihan itu jelas terlihat, lelah, derita, duka, dan lukamu
saat nafas akhir yang kau hembuskan menyebarkan aroma 

Mam, dalam pelukku nafasmu tersengal, dalam pangkuanku kau menangis
Bercerita derita kehidupanmu yang tak satu pun tahu
Mam, bolamatamu yang bening bercerita tentang kejujuran hati
Dari kulitmu yang mengeriput bercerita tentang derita

Kau ajarkan aku akan kasih sayang, berikan aku arti sebuah kejujuran
Kau lukiskan kehidupan yang mestiku jalani hingga aku mampu menapakan kaki
Dunia itu kejam nak, itu katamu
Dunia itu pun terkadang penyayang jika kau mampu membagi rasa kasih sayang

Mam, tatapanmu penuh cinta, diammu penuh arti
Tiada yang dapat mengartikan senyum yang kau tebarkan
Yang kutahu hanya ketulusan hatimu melekat di jiwaku keikhlasan
Beribu duri kau tancapkan dipundakku agar kumampu memikul beban ini

Mam,  saat kau terkulai tiada daya menghempaskan tubuhku pada rasa sesal berkepanjangan
Bertanya tanpa ada jawaban saat kau berlalu tanpa pamit padaku
Dibawah tangga bandara saksi bisu cerita dukaku saat khabar itu menembus telinga
Tubuhku serasa mengambang pada permukaan lautan tak mampu bergeming dan berkata

Pelukan kekar tangan cintaku tak mampu menompang duka
Jeritan kecil yang tertahan serasa mencekik leher
Bisikan cintaku berkata, "Ingat anak yang kau bawa"
Seketika bangkit dan memeluk anakku

Menangis, menangis dan menangis, melepaskan sesak didada
Mengapa Kau ambil dia, di saat dia tak dipangkuanku
Mengapa Kau pisahkan aku disaat aku masih ingin menyayanginnya
Ternyata kecintaanku terkalahkan dengan kecintaanMu

Deru pesawat tak terhiraukan, lajunya mobil pun tak kudengarkan
Yang ada hanya ingin segera bersama, memeluk dan menciummu
Satu langkah kaki mendekati tubuh yang terbujur kaku
Memelukmu dalam diamku, bertahan ntuk tak menangis

Dari kepala hingga ujung kaki tak sejengkal pun kutinggalkan
Hingga kain kafan putih membungkusmu
Diusung membawamu kerumah tanpa jendela
Semua tinggal kenangan, kenangan yang indah bersamamu

Mama sayang, mama tercinta

Jumat, 16 November 2012

SAAT MIMPI MENGHEMAS PADA NYATA

Seharusnya aku harus lebih bisa menerima sebuah kenyataan akan kata kehilangan dan seharusnya memahami bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi mengapa aku tak mampu mencekal rasa yang selalu menghantuiku, menghentikan setiap mimpi yang ujungnya membuat akan menjauh dan mereka tersakiti.

Saat orang berkata mimpi itu bunga tidur loh! Tapi  tidak bagiku mimpi itu sebuah momok yang menakutkan, yang akan selalu menjelma di setiap tarikan nafasku. Jikala kata kehilangan kembali ku dengar sekitika itu mimpi itu akan menjelma dan menakutkan. Dan terkadang mimpi itu datang memberikan gambaran kedepan. Aku takut, takut bila mengatakan bahwa mereka akan mati, luka, sakit dan sebagainya. Aku tak ingin mendahului Tuhan tapi aku merasakan semuanya seakan gambaran itu jelas terbentang.

Belasan tahun yang lalu, ketika kedua orang tuaku meninggal karena sakit yang dideritanya, aku merasakan mereka akan berlalu dan menjauh, saat pamanku pergi aku merasakannya dan memberikan ketegaran yang teramat. Dan saat kakakku pun berlalu dan menjauh aku menemukan gambaran yang jelas bahwa itu tak lama.

Dua tahun yang lalu aku dekat dan menyayanginya sebagai anakku sendiri, aku merasakan hawa panas dalam tubuhnya dan aku telah mengingatkannya bahwa harus lebih mawas diri, namun kataku tak diindahkan hingga kecelakaan itu terjadi dan mengucurkan darah segar. Saat dia berlalu karena dunianya mencemooh akan tingkahnya aku terpuruk, berminggu-minggu tak dapat melepaskan kepedihan akan kehilangan hingga seseorang memberikan kekuatan agar aku kembali mengugkit tintaku, lambat kesabarannya membuat aku terhenyu, menerima aku apa adanya dengan keadaan yang bisa dikatakan stres. Hingga disela-sela keterpurukan seseorang hadir dalam syairku. Menemaniku dalam tiap syair. Walau di awal dia begitu mirip dengan sahabat kecilku, namun aku tak ingin menyamainya. Terkesan saat aku mengenalnya dia cuek, untuk berkata manis pun mungkin bisa dikatakan tak pernah. Tapi aku nyaman bersama. 

Di saat anakku yang lain bekerja di tempat lain dan jarang menemaniku hanya lewat telpon selalu menyapa. Di dunia itu aku bersamanya, berbagi cerita, berbagi syair dan keluh kesah, hingga akhirnya aku menyayanginya tanpa aku sadari. Sama ketika aku menyayangi seseorang dua tahun yang lalu. Rasa ingin selalu bersamanya, bahkan tak ingin luput dari ceritanya barang sedikit pun. Tapi ketika kasih sayang itu menjalar, pertengkaran kecil terjadi, mungkin hanya kesalahpahaman antara aku, pacarnya dan dia. Berhari-hari aku tanpanya membuat aku seperti orang bodoh yang kehilangan kekasihnya padahal dia bukan kekasih. Lambat laun kembali dekat. Namun kedekatan itu membuat aku tersiksa saat dia kembali bilang akan pindah kerja. Di awal aku menyetujuinya semua demi masa depannya tapi ketika dia bertanya kemana dia akan pindah, amarah di ubun-ubunku menyegerakan untuk terluapkan, dengan gemetar aku katakan, tangisku tak terbendung lagi, walau aku tak mengenal banyak wanita itu tapi aku tahu apa yang ada dibenaknya. Ditambah mimpi yang selalu membuat aku ketakutan